Republik Cymotz Management

Senin, 19 September 2016

CERITA MASA KECIL

Sewaktu aku kecil aku dikenal sebagi anak yang lumayan gendut,aku adalah anak kecil yang sangat periang.
Masih teringat didalam benakku hampir sepanjang hari kami selalu berkumpul bersama teman-teman,bermain bersama, ngaliwet bersama-sama.
Bingung ya... kenapa kami bisa ngaliwet  bersama-sama.
Jadi ceritanya begini setiap pulang dari sekolah kami sudah merencanakan untuk maen bersama, tempat yang akan kita kunjungi juga bergantian tapi kami tetap membawa makanan sendiri-sendiri (hihihi lucu ya)jadi walaupun kami makan bersama-sama tapi menu kami berbeda-beda,tak jarang juga kami saling bertukar lauk-pauk,kalau makan bersama terasa seru nafsu makanpun bertambah.
Setiap sore sehabis mandi,kami juga berkumpul kembali tapi kali ini kami berkumpul di jalanan depan rumah dengan membawa sepeda masing-masing,lalu kami berkeliling bersama-sama sambil bersenda-gurau betul-betul masa yang amat menyenangkan.

Menjelang sholat maghrib kami bersama-sama kerumah guru mengaji,kami selalu melaksanakan sholat maghrib bersama disana kemudian dilanjutkan dengan belajar mengaji. Ada cerita lucu sewaktu aku mau pergi kerumah guru ngajiku,ketika kami sedang asyik-asyiknya berjalan bersama-sama menuju tempat mengaji tiba-tiba terdengar gonggongan anjing menuju kearah kami,tiba-tiba semua teman ku berlari kencang sementara aku ketinggalan dan apesnya lagi aku tidak bisa berlari dengan kencang seperti teman-teman ku yang lainnya,otomatis aku langsung jongkok sambil menangis karena takut digigit oleh anjing,sialnya lagi tuh anjing enggak juga mau beranjak dari sampingku,untung pemilik anjing itu langsung menghampirinya dan aku terbebas dari terkamannya,uhf...karena sudah BT aku jadi enggan untuk pergi mengaji.

Sabtu, 17 September 2016

SEJARAH MAJALENGKA

Pada zaman kerajaan Hindu sampai dengan abad XV di wilayah Kabupaten Majalengka terbagi menjadi 3 kerajaan :
(1) Kerajaan Talaga dipegang oleh Sunan Corenda atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Parung
(2) Kerajaan Rajagaluh dipegang oleh Prabu Cakraningrat
(3) Kerajaan Sindangkasih, rajanya adalah seorang puteri bernama Nyi Rambutkasih. Terdapat banyak cerita rakyat tentang ke-3 kerajaan tersebut yang sampai dengan saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Selain cerita rakyat yang masih diyakini juga terdapat situs, makam-makam dan benda-benda purbakala, yang kesemuanya itu selain menjadi kekayaan daerah juga dapat digunakan sebagai sumber sejarah.

Kerajaan Sindangkasih  rajanya seorang putri yang memiliki paras nan cantik dan molek bemama Nyi Rambutkasih adalah seorang yang beragama Hindu fanatic .Kerajaan ini terletak secara geografis berada di Majalengka . Nama Sindangkasih diambil dari Mandala Sindangkasih yang semula tempat merupakan tempat kedudukan Ki Gedeng Sindangkasih yang dijabat oleh puteranya yang bernama Ki Ageng Surawijaya . Semula nama tempat ini terdapat di wilayah Cirebon yang kemudian dibawa oleh penguasa yang disebut Ki Gedeng Sindangkasih yang lama berkedudukan di Sumedang Larang yaitu Majalengka sekarang (menurut De Pacto Gelu dan Talaga) .Nyi Gedeng Sindangkasih atau disebut juga Nyi Ambetkasih dan lebih dikenal lagi adalah Nyi Rambutkasih adalah seorang ratu yang cantik molek, memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi, dikagumi serta sangat dihormati oleh rakyatnya adalah istri Prabu Siliwangi. la adalah orang yang dipercaya oleh Prabu Siliwangi untuk memimpin rombongan yang bermaksud pindah ke Pakuwan Pajajaran (Bogor sekarang), kemudian ia menjadi penguasa di Sindangkasih sebagai ibukota Sumedang Larang.
Penguasa di Sindangkasih sebagaimana disebutkan di atas adalah Nyi Rambutkasih. Sejak sekian lama Nyi Rambutkasih mencium akan datangnya Pangeran Muhamad disertai ayahnya Pangeran Panjunan di Sindangkasih dalam rangka mengadakan kegiatan penyebarluasan ajaran agama Islam dan kegiatan ini disambut baik oleh, masyarakat setempat.
Di Padepokan Sindangkasih, Rambutkasih tengah mengadakan pertemuan dengan semua perwira tinggi kerajaan sehubungan dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh Pangeran Muhamad. Ketika rapat khusus itu sedang berlangsung datanglah Pangeran Muhamad bersama rombongan dengan maksud ingin ketemu dengan Nyi Rambutkasih selaku ratu di Kerajaan Sindangkasih. Dengan ucapan Alhamdulillahirrobiralamin, yang maksudnya Pangeran Muhamad merasa bersyukur serta bahagia dapat bertemu dengan seorang putri cantrk dan sebagai penguasa di Sumedang Larang, tetapi dengan tidak diduga dalam sekejap Nyi Rambutkasih menghilang.
Bersamaan dengan itu terlontarlah ucapan Pangeran Muhamad : “Madya Langka” yang artinya putri cantik telah hilang (tidak ada), sehingga dari kata-kata itu kemudian orang menyebutnya Majalengka. Sejak itulah kemudian Pangeran Muhamad yang didampingi ayahnya Pangeran Panjunan memerintah di Sumedang Larang/Sindangkasih, selanjutnya pada tanggal 10 Muharam 910 H yang bertepatan dengan tanggal 7 Juni 1490 M, sesuai dengan perintah Sunan Gunung Jati yang berkedudukan di Cirebon menetapkan Pangeran Muhamad.
Pada masa tuanya Pangeran Muhamad menetap di lereng gunung yang berada di sebelah selatan Majalengka sampai akhir hayatnya gunung tersebut kini dikenal dengan sebutan Gunung Margatapa. Adapun Siti Armilah istri Pangeran Muhamad dimakamkan di belakang pendopo (kantor Pemda) Kabupaten Majalengka, yang dikenal dengan sebutan Nyi Gedeng Badori.

Kamis, 15 September 2016

NGGAMBAR BUAH APEL

Aya saurang guru anyar pangawakana rada bahenol, sebut weh ngaranna bu oneng . Manehana karak pertama kali ngajar barudak sakola SD.
Saencana manehna ngajar budak TK di desa sabelah, tapi di pecat ku lantaran lamun nga-gambar tara bener. Oh nya, manehna oge dagang cilok karet sagala pikeun gawe sampingan di imahna.

Nah, dina hiji dinten di papan tulis bu guru coba nyieun gambar buah apel, bari ngabalikeun awakna anu lumayan rada bahenol eta, teras bu guru oneng nanyakeun ka barudak: "Cing sebutkeun gambar naon ari iye teh bararudak?"

Barudak cararicing sakedeng merhatikeun hela gambarna anu rada acak-acakan. Tos eta, sarentak barudak ngajawab "Gambar bo-ol meren bu..!" Ngadenge jawaban ti barudak anu rada polos, teras wae bu guru ngarasa sedih, ngarasa dipoyokan, ceurik kawas ngarasa di ejek.

Bari ceurik bu guru lumpat ka ruangan kapala sakola ngalaporkeun kalakuan murid-muridna. Ningali bu guru anu bari ceurik, tangtu wae kapala sakola langsung indit nyamperkeun ka kelas, teu poho manehna bari nyandak panggebug.

Bari emosi sabari nakolkeun panggebug ka meja, kapala sakola nyararekan sakabeh murid-murid anu aya diruang kelas eta. "Maneh wani-wanina ngejek bu guru! Naon anu maneh lakukeun teh, ngomong teu sopan! Ngejek-ngejek guru..!"

*PLONG* weh ruangan kelas jadi ngadadak jempling, sepi, kawas kuburan nu aya di leuweng. Bararudak ngaharuleng murungkut sieunen ku sabab ambekna kapala sakola nu nyandak panggebug.

Pa kapala sakola bari molotot ningalikeun bararudak, teras ngaliek ka arah papan tulis, manehna makin rewas deui pas ningali aya gambar dina papan tulis:

"Aduh-aduh.. Ari maraneh teng-teingan pisan dak, mani wani pisan ngagambar bo-ol sagala dina papan tulis, KETERLALUAN..!!!" Prak..! bari nakol panggebug deui ka bangku.

SEJARAH DESA SINDANG KECAMATAN CIKIJING

Mengenai sejarah singkat Desa Sindang pada mulanya Desa Sindang merupakan areal hutan dimana hutan ini merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Talaga Manggung kurang lebih tahun 1624 M pada abad ke 16. Dihutan ini / di wilayah ini hidup seorang Pandita / seorang Tokoh yang bernama Eyang Sastra Santa Santana seorang Pandita yang berilmu tinggi yang di tugaskan oleh Prabu Gunung Picung slaku Raja Talaga yang pertama untuk menjaga wilayah / hutan tersebut, beliau seorang tokoh yang ber perangi lembut  dan ber ilmu tinggi ( Sakti manraguna) ilmu padi adalah pegangannya yakni makin berberisi makin berunduk jauh dari sipat dan sikap sombong dari sikap ini yang menyebabkan beliau sangat di hormati dan di segani oleh siapapun, sehingga pada saat itu baik para pedagang pencari rempah- rempah terutama pasukan Kerajaan Cirebon Adipati 2 dan Kerajaan Banten yang bermaksud menyebarkan agama islam ke Kerajaan Talaga Manggung selalu singgah ke padepokan tempat Eyang Sastra Santa Santana yang tepatnya di sebut Daleum.

 Bahkan dengan keramahtamahan eyang sastra tersebut selalu di pakai tempat persinggahan /peristirahatan bahkan dipakai tempat musyawarah Kerajaan Banten, dan Kerajaan Cirebon untuk menyebarkan agama islam sehingga Eyang Prabu Kiansantang ( Sunan Ruhmat ) sering beristirahat di Tapak Wali (Makom Dalem), Konon katanya pada hari senin dan kamis, bahkan sampai  sekarangpun masih ada cirri-cirinya yaitu tanah jadi.

Karena tempat tersebut di pakai tempat persinggahan/pengistirahatan/ musyawarah dan penyindangan dari mulai kerajaan talaga yang pertama pera pejuang agama islam baik yang dari kerajaan banten dan cirebon sampai para pejuang Nasiolal sering beristirahat di tempat tersebut pada jaman Belanda selalu di pakai panyindangan (Peristirahatan).

Maka dari situlah baik dari tokoh setempat maupun dari para pejuang agama islam terutama Prabu Kiansantang menamakan tempat tersebut panyindangan sehingga lahirlah nama Sindang dan sampai sekarang dijadikan nama Desa yaitu Desa Sindang Pada abad ke 17.

Tabel 1

NAMA-NAMA KUWU / KEPALA DESA

SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA DESA SINDANG

 

 

No

Periode

Nama Kepala Desa

Keterangan

 

Sampai Dengan 1734

Demang sarwadana (Ewong)

-

 

1734 - 1769

Rd. Aris

-

 

1769 - 1784

Rd. Ali

-

 

1784 - 1804

Rd. Ajid

-

 

1804 - 1934

H. Rosadi

-

 

1934 - 1966

H. Sobandi

-

 

1966 - 1982

H. Nurjabidi

-

 

1982 - 1990

Sakrim Sobandi

-

 

1990 - 1998

H. Nurjabidi

-

 

1998 - 2008

Diding Najmudin

-

 

2008 - 2015

Eri Suheri

-

\

2015 – ..........

Eka Yuliana Sukowati

-

 

1.2 Demografi

1. Letak Geografis

    a. Ketinggian dari permukaan laut             : 600 m

    b. Suhu maksimal/minimum                      : 27-30oC

    c. Jarak Kantor Desa dari    

-          Ibu Kota Kecamatan                         : 4 km

-          Ibu Kota Kabupaten                          : 40 km

-          Ibu Kota Propinsi                              : 140 km

-          Ibu Kota Negara                               : 500 km

   d. Curah hujan                                             : 300 mm

   e. Letak Desa

       -     Dataran                                              : 50 ha/m2

   f.  Batas Desa

-          Sebelah Utara                                  : Desa Argasari

-          Sebelah Timur                                  : Desa Banjaransari

-          Sebelah Selatan                               : Desa Rawa

-          Sebelah Barat                                  : Desa Jatipamor

2. Luas Wilayah

a.    Menurut Penggunaannya

Jenis Penggunaan Lahan

Luas (Ha)

Perumahan dan Pekarangan

76.117

Titisara

2.095

Bengkok

24.353

Pesawahan Hak Milk

130.662

Kolam

3.000

Perkebunan                                              

19.600

Kuburan

3.500

Lapang

1.500

Pengangonan

3.500

Palawija

32.000

Total luas

296.327

 

a.1 Tanah Sawah

Tanah Sawah

Luas (Ha)

Titisara

2.095

Bengkok

24.353

Pesawahan Hak Milk

130.662

Kolam

3.000

Total Luas

162.100

 

 

a.2 Tanah Kering

Tanah Kering

Luas (Ha)

Perumahan dan Pekarangan

76.117

Kebun                                                        

19.600

Kuburan

3.500

Lapang

1.500

Pengangonan

3.500

Palawija

32.000

Total Luas

136,217

 

a.3 Tanah Fasilitas Umum

Tanah Fasilitas Umum

Luas (Ha)

Titisara

2.095

Bengkok

24.353

Kebun Desa

3,232

Lapangan Olahraga

1,500

Perkantoran Pemerintah

0,342

Tempat Pemakaman Umum

3.500

Bangunan Sekolah

1,362

Jalan

8,657

Daerah tangkapan air

2,000

Tempat Ibadah

3,857

Total Luas

 

 

b.1 Lahan untuk pertanian tanaman pangan

Jumlah keluarga memiliki lahan pertanian

1.224  KK

Tidak memiliki

353  KK

Memiliki kurang dari 1 Ha

1.203  KK

Memiliki 1-5 Ha

18  KK

Memiliki 5-10 Ha

3  KK

Memiliki lebih dari 10 Ha

-  KK

Jumlah total keluarga petani

            1.224 KK

 

b.2 Lahan untuk tanaman buah-buahan

Jumlah keluarga memiliki tanaman buah-buahan

500  KK

Tidak memiliki

150  KK

Memiliki kurang dari 10 Ha

350  KK

Jumlah total keluarga pemilik tanaman buah

           100  KK

 

 

b.3 Lahan untuk perkebunan

Jumlah keluarga memiliki perkebunan

400  KK

Tidak memiliki

50  KK

Memiliki kurang dari 10 Ha

  400  KK

Jumlah total keluarga perkebunan

850  KK

 

 

3. Keadaan Lingkungan

a. Bencana alam dalam 3 tahun terakhir tidak pernah terjadi hanya sebagian kecil

Jenis Bencana Alam

Banyaknya kejadian

Korban jiwa

Kerugian materi

Banjir

-

-

-

Tanah Longsor

-

-

-

Gempa Bumi

2

-

Rp. 30.500.000,-

 

Upaya yang dilakukan/telah tersedia dalam penanganan bencana alam :

1.    Tanggap darurat bencana dengan cara mencari bantuan kepada Pemerintah Propinsi dan Daerah.

2.    Untuk menangani korban bencana tersebut dan membuat proposal bantuan kepada donatur lainnya

3.    Penanganan darurat dilaksanakan dengan gotong royong.

4.    Rata-rata kedalaman air tanah (sumur)                                            =   10-30 m

 

1.3 Keadaan Sosial

1. Kependudukan

a. Dilihat dari kacamata sosial masyarakat desa Sindang di tempati Penduduk sejumlah 5.658 dari 1.573 Kepala Keluarga (KK) dengan perincian sebagai berikut;

              Laki-laki

Ø 0 – 15 tahun                                                                                 =      726   Orang

Ø 16 – 60 tahun                                                                               =   1.774   Orang

Ø Diatas 60 tahun                                                                            =      403   Orang

                   Jumlah Laki-laki                                                                          =   2.903   Orang

 

Perempuan

Ø 0 – 15 tahun                                                                                 =      768   Orang

Ø 16 – 60 tahun                                                                               =   1.608   Orang

Ø Diatas 60 tahun                                                                            =      379   Orang

                  Jumlah Laki-laki                                                                           =   2.755   Orang

Kepadatan penduduk                                                                        =     400 orang/km2

 

b. Tahapan kesejahteraan masyarakat desa Sindang adalah sebagai berikut :

Ø Jumlah KK Sejahtera                                                              =   672 KK

Ø Jumlah KK Kaya                                                                     =     18 KK

Ø Jumlah KK Sedang                                                                 =   487 KK

Ø Jumlah KK miskin                                                                   =   396 KK

 

b.      Tingkat pendidikan masyarakat

Ø Tidak/belum tamat SD                                                          =    102 Orang

Ø Tamat SD/sederajat                                                              = 2.595 Orang

Ø Tamat SLTP                                                                            =    516  Orang

Ø Tamat SLTA                                                                           =    441  Orang

Ø Diploma                                                                                 =      35  Orang

Ø Sarjana                                                                                  =     101 Orang

c.   Pencatatan/registrasi penduduk

1)   Kejadian kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk setahun yang lalu menurut jenis kelamin

> Jumlah kelahiran                                                                    =    27  Orang

                 Laki-laki                                                                                 =    14  Orang

                         Perempuan                                                                            =    13  Orang

                    > Jumlah Kematian                                                                     =    21  Orang

                            Laki-laki                                                                               =    15  Orang

                            Perempuan                                                                                     =      6  Orang

                    > Perpindahan Penduduk keluar Desa                                        =    32  Orang

                            Laki-laki                                                                                           =    16  Orang

                            Perempuan                                                                         =    16  Orang

                    > Perpindahan penduduk kedalam Desa                                    =    27  Orang

                             Laki-laki                                                                              =    13  Orang

                             Perempuan                                                                        =    14  Orang

 

Sarana Olah Raga

Tabel 11

Sarana Olah Raga

No

Jenis Sarana OR

Jumlah

1

Lapang Sepak Bola

1 Unit

2

Lapang Voly Ball

- Unit

3

Lapang Tenis Meja

3 Unit

4

Lapang Bulu Tangkis

- Unit

Jumlah

4 Unit

 

2.1.1.1.            Sumber Daya Kelembagaan

Tabel 12

Sumber Daya Kelembagaan

No

Jenis Organisasi/

Kelembagaan

Jumlah

Anggota Lembaga

1

BPD

9

Orang

2

LPM

7

Orang

3

MUI Desa

35

Buah

4

PKK dan Kader PKK

23

Orang

5

Linmas

7

Orang

6

Karang Taruna

30

Orang

7

BUMDES

3

Buah

8

Pos Yandu

5

Buah

9

Pustu

 

Buah

10

Koperasi

 

Buah

11

Kelompok Tani

7

Kelompok

12

Gapoktan

1

Kelompok

13

LSM

2

LSM

14

DKM

25

DKM

15

Yayasan

1

Yayasan

16

Organisasi OR

1

Organisasi

17

Rukun Warga

7

RW

18

Rukun Tetangga

21

RT

19

Partai Politik

6

Partai

20

Kelompok Arisan

-

Kelompok

21

Kelompok Senam

-

Giatkan Lagi Poskamling

Keamanan wilayah, bukan hanya sebatas tanggung jawab dari pihak yang berwajib. Melainkan tanggungjawab bersama, termasuk pula bagi masyarakat sekitar. Dan dengan kata lain, kita harus menjadi polisi bagi diri sendiri, maupun bagi orang yang kita sayangi.

Dalam hal ini, Babinmas Desa Sindang Kecamatan Cikijing, Brigadir Polisi Dede Arif mengimbau masyarakat yang berada di wilayah hukumnya, untuk menggalakkan sistem poskamling di masing-masing wilayah warga.

“Banyak manfaat dari digalakkannya kembali sistem poskamling tersebut, dari keamanan lingkungan hingga jalinan silaturahmi antar masyarakat akan semakin terjalin semakin erat,” tandas Babinmas.

Selain melakukan himbauan terhadap masyarakat, untuk keberhasilan penggalakan sistem siskamling tersebut, dirinya juga akan melakukan pemantauan secara langsung ke masyarakat, untuk memastikan program pengamanan lingkungan tersebut berjalan.

Dan tentu saja, hal ini membutuhkan kesadaran dari masyarakat sendiri. Terlebih lagi di lingkungan perumahan, yang terbilang jarang menjalankan sistem siskamling tersebut, lantaran saling mengandalkan.

Dengan berjalannya sistem siskamling di suatu wilayah, selain menjaga tali silaturahmi agar semakin erat, juga bisa menjadikan masyarakat di lingkungan tersebut lebih mengenal lingkungan mereka dan juga masyarakat yang ada di dalamnya.

“Hal ini juga menjadi antisipasi dini di tengah masyarakat, contohnya saja ketika ada pendatang baru. Bagaimana kalau pendatang baru tersebut memiliki niat buruk, dengan pengenalan wilayah, tentunya hal tersebut bisa diantisipasi,” beber Dede Arif.

Tidak lupa pula, dirinya mengimbau, untuk memberikan informasi kejadian yang mengancam gangguan Kamtibmas di wilayah mereka, agar segera melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian.

“Jangan ragu dan menunda untuk melaporkan permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Terlebih lagi jika hal tersebut sudah mengarah ke tindak pidana, semakin cepat dilaporkan, semakin cepat pula untuk ditindak lanjuti.

SOTK

Dengan terbitnya UU No.6 tahun 2014 Tentang Desa, serta kemauan yang kuat Presiden Jokowi yang ingin "menghadirkan negara" dan "negara bekerja" yang tertuang dalam Nawacita, maka Kementerian Dalam Negeri serta kementerian-kementrian lain yang terkait dalam dengan proses pembangunan desa, yang dimulai dengan membenahi infrastruktur desa, SDM, nilai-nilai, serta aturan main lainnya.

         Pemerintah desa dituntut semakin profesional dengan adanya UU desa dimana desa akan menerima jumlah dana dari APBN dalam jumlah besar, kisarannya mencapai 1 M tiap desa, dari sejumlah 74 ribu desa lebih yang ada di republik ini, berapa persen yang dapat dikatakan maaju, dan yang belum maju, akan menjadi kajian yang menarik sepanjang tahun. Dalam peraturan yang terbaru, desa di bagi menjadi 3 kategori berdasarkan tingkat perkembangannya, yaitu:
Desa Swadaya adalah desa yang masih bersifat tradisional (memiliki 2 Kaur dan 2 Kasi/seksi), dengan ciri-ciri :
Adat istiadat yang bersifat mengikat terhadap berbagai kegiatan manusia
Hubungan antar manusia sangat erat
Pengawasan Sosial dilakukan oleh keluarga
Mata pencaharian penduduk umumnya sejenis dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer
Teknologi yang digunakan masih sangat sederhana sehingga tingkat produktivitasnya rendah
Keadaan sarana dan prasarana masih sangat minim
Desa Swakarya adalah desa yang sedang mengalami masa transisi (memiliki 3 Kaur dan 3 Kasi/seksi), ciri-cirinya adalah :
Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan cara berfikir
Bertambahnya lapangan pekerjaan sehingga mata pencaharian penduduk berkembang dari sektor primer ke sektor sekunder
Produktivitasnya mulai meningkat
Sarana dan Prasarana desa mulai meningkat
Desa Swasembada adalah desa yang telah maju (Wajib 3 Kaur dan 3 Kasi/seksi) , dengan ciri-ciri:
Adat istiadat sudah tidak mengikat lagi
Hubungan antar manusia bersifat rasional
Mata pencaharian penduduk beraneka ragam dan bergerak ke sektor tersier
Teknologi telah benar dimanfaatkan sehingga produktivitasnya tinggi
Sarana dan prasarana lengkap.